Al-Buthi dilahirkan di kampung Gelika pulau Buthan wilayah Kurdistan, Turki tahun 1929, 5 tahun setelah Khilafah Utsmani dibubarkan oleh Attaruk. Ayahnya bernama Syaikh Mala Ramadhan Al-Buthi, seorang alim, takwa, dan memiliki keluasan ilmu.
Hanya 4 tahun Al-Buthi tinggal di kampong kelahirannya. Hingga tahun 1933 ia berhijrah dibawa ayahnya ke Syiria, kerana tindakan hebat pembersihan ulama-ulama Islam oleh Mustapha Attaturk. Keluarga Al-Buthi menetap di kampong ‘Ain Dewar, dekat perbatasan Turki-Syiria. Akhirnya, kampung inilah yang ditulis di sebagai tempat lahir Al-Buthi dan adik-adiknya.
Al-Buthi mendapat pendidikan pelajaran hingga mendapat Ijazah Doktor Falsafah di Al-Azhar. Lulus dari Sekolah Agama Islam tersohor Maahad At-Taujih Al-Islami di Damaskus yang dipimpin oleh Syaikh Hasan Habannakah Al-Maidani. Kemudian melanjutkan kuliah di Fakulti Syariah Universiti Al-Azhar tahun 1953 dan berhasil meraih gelar ‘Alamiyah (Syaikh) tahun 1955.
Setelah itu kembali ke kota Homs tahun 1958 dan menetap hingga 1961, menjadi guru di beberapa Sekolah Islam, hingga dijemput menjadi pembantu pensyarah di Fakulti Syariah Universiti Damaskus. Kemudian Al-Buthi dikirim untuk mengambil program Doktor Falsafah dan meraihnya tahun 1965. Tidak lama kemudian ia diminta menjadi pensyarah penuh di fakulti Syariah, hingga menjadi Dekan.
Al-Buthi memiliki banyak karya ilmiah. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Termasuk bahasa Malaysia dan Indonesia. Salah satunya yang masyhur: Sirah Nabawiyah.
Al-Buthi dan Hafez Al-Asad
Sekembalinya dari Al-Azhar, Syaikh Al-Buthi bekerja menjadi guru di sekolah-sekolah milik pemerintah. Setelah itu diangkat menjadi pensyarah rasmi di Universiti Damaskus.
Hafez Asad mula berkuasa pada tahun 1970, ini bermakna jarak antara Al-Buthi lulus dari Al-Azhar dan Hafez Asad berkuasa sekitar 16 tahun dan hubungan Asad dengan Al-Buthi tentu belum terjalin. Al-Buthi seorang pensyarah, sedangkan Asad menjadi Presiden Syria.
Hingga pada tanggal 16 Jun 1979, terjadi peristiwa “pembantaian Sekolah Altileri Darat di Aleppo (300 km Damaskus). Sekolah tentera tersebut terletak di wilayah Romusa berdekatan kota Aleppo sebelah utara Syria. Pembantaian dilakukan oleh Kapten Ibrahim Yousuf, dari sekolah Altileri dibantu oleh skuad Tempur jamaah Ikhwanul Muslimin, sebagai balas dendam atas tindakan rejim yang salah satu komandannya adalah Hafez Al-Asad. Peristiwa tersebut menewaskan 32 pemuda dan 54 luka-luka.
Selepas seperistiwa tersebut, kementrian Penerangan meminta Syaikh Muhammad Ramadhan Al-Buthi untuk mengeluarkan fatwa syariah tentang pembantaian. Al-Buthi memberi respon dengan mengungkapkan dalil-dalil syariat yang mengharamkan aksi pembantaian.
Tidaak lama selepas itu, jalan Al-Buthi menuju istana terbuka. Setelah tampil di media, hubungan Al-Buthi dengan Hafez Al-Asad bermula. Hingga pada tahun 1982, Kementrian Wakaf Syiria yang diwakili menterinya bernama Muhammad Al-Khathib mengundang Al-Buthi untuk menjadi pembicara tunggal dalam acara Festival Menyambut Abad 15 H. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Hafez Asad. Al-Buthi memanfaatkannya untuk menyampaikan nasihat dan doa bagi Hafez Asad.
Hubungan Al-Buthi dengan Asad semakin intim. Bahkan Asad suka mengajak Al-Buthi ke istana, berdialog hingga berjam-jam (6-7 jam), membicarakan banyak hal. Pada 1998 Syria menyaksikan Islamic Book Fair di Damaskus ke-14, Al-Buthi benar-benar dicintai rakyat dan penguasa. Tentu ada juga yang mengkritik sikap Al-Buthi, salah satunya Syaikh Usamah As-Sayyid yang menulis buku bantahan terhadap pemikiran Al-Buthi berjudul, “Ar-Raddu Al-‘Ilmi ‘Alal Buthi”.
Mengapa Al-Buthi Bersikap Manis dengan Rezim Asad?
Banyak tuduhan yang dilontar terhadap ‘Allamah Al-Buthi. Salah satunya yang menuduh beliau sebagai penyebar fitnah, hingga pengawal setia rejiim Asad. Bagi kita yang hidup jauh dan tidak mengalami –atau malah menelitii tekanan politik di era 60an hingga 80-an, maka pasti akan berkesimpulan seperti di atas. Namun jika kita berfikir dan mengkaji sedikit, maka sikap Al-Buthi itu sangat bertepatan dengan situasi semasa dan dibenarkan syariat.
Di antara landasan Al-Buthi membuka dialog dengan Rejim Asad adalah:
1. Hubungan gerakan Islam yang dipelopori oleh Ikhwanul Muslimin di pelbagai Negara Arab, tengah berada di titikke muncak. Tindakan agresif rejim-rejim dunia Arab, dari mulai Maroco hingga ke Teluk, Mesir hingga Syam tengah marak. Bahkan terbukti, tindakan Hafez Asad yang menghancurkan Homs dan membunuh seluruh penduduknya yang mendukung gerakan IM, tercatat sejarah sebagai hubungan dingin antara penguasa dan jamaah IM.
2. Al-Buthi memandang, rejim Asad dari ayah hingga anaknya Basyar Asad, sangat kuat dipengaruhi ajaran Syi’ah Rafidhah yang cenderung menghanguskan Muslim Sunni, seperti yang terjadi di Iran-Iraq. Perlu diperhatikan, Hafez Al-Asad naik tahta seiring dengan maraknya revolusi Khumaeni yang puncaknya terjadi tahun 1979. Al-Buthi memiliki komitmen, untuk menyelamatkan Muslim Sunni di Syiria.
3. Tindakan agresif Asad bukan hanya pada gerakan yang melawanan secara fizikal tetapi juga kepada mereka yang melawan melalui idalogi. Di era Hafez Al-Asad, majlis taklim dan berkumpul lebih dari 3 orang bukan hanya tidak diizinkan, malah akan dihumban ke penjara tanpa pengadilan. Jika pun ada, yang berlaku adalah pengadilan tentera. Hingga banyak gerakan-gerakan Islam yang memilih jalan dakwah dengan gerakan Shufi, yang berkumpul di masjid dan berdzikir ratusan ribu kali. Jelas, selain majlis taklim dilarang, penerbitan buku-buku Islam juga dibatasi.
Hasil Nasihat Al-Buthi
Usaha Al-Buthi untuk menasihati penguasa berhasil. Tentu dengan pengorbanan tak sedikit, salah satunya, Al-Buthi dituduh tutup mata dengan tindakan Asad. Di antara hasilnya adalah:
1. Al-Buthi pernah diundang selama 7 jam, berdialog dengan Hafez Asad. Al-Buthi lebih banyak menyemak penghakiman Asad, hingga akhirnya Al-Buthi menyarankan Hafez Asad untuk membebaskan tokoh-tokoh dan tawanan politik dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Selepas beberapa minggu kemudian, para tahanan IM dibebaskan.
2. Kesediaan Asad untuk membuka Syiria bagi para pelarian Palestin setelah peristiwa Pembunuhan Sabra dan Shatila terjadi pada September 1982, di Beirut, Lebanon, yang saat itu diduduki oleh Israel adalah hasil dari nasihat yang diberikan oleh Al-Buthi. Bahkan Syiria membuka diri kepada HAMAS untuk membuka satus-satunya pejabat Perwakilan HAMAS.
3. Penerbitan buku-buku Islam Sunni termasuk Al-Qur’an, sangat digalakkan. bahkan penerbit-penerbit Syria berjaya menjadi penerbit-penerbit buku Islam terkemuka hingga di Mesir. Malah beberapa penerbit di Mesir, dimiliki orang-orang Syiria. Termasuk hebatnya majlis-majlis Taklim di Damaskus yang didukung penguasa Asad, semisal: Kajian Hadis Bukhari oleh Syaikh Musthafa Bugha, Kajian Fiqh dan Syariah oleh Syaikh Wahbah Az-Zuhaily, Kajian Sirah oleh Al-Buthi, hingga kajian dan Kuliah Singkat di Mujamma’ Abun Nur Al-Islamy yang dipimpin oleh Syaikh ahmad Kiftaro. Dimana ramai mahasiswa Malaysia yang turut menikmati pendidikan di sekolah-sekolah tersebut.
4. Hafez Asad sebelum wafatnya, mengundang Al-Buthi ke kediamannya. Ia berpesan agar saat wafat, Al-Buthi sukahati menjadi imam. Al-Buthi pun menunaikan pesan Asad. Hingga hasil dari pesanan ini, banyak yang berpendapat, Hafez Asad telah melunak dari paham Syi’ah Rafidhahnya. Dan terbukti, dukungan Syiria terhadap Libanon melawan Israel semakin menguat.
Al-Buthi dan Basyar Al-Asad
Hubungan manis Al-Buthi dengan rejim Asad, berlanjutan hingga kekuasaan Syiria berpindah kepada Basyar Asad. Singkat kata, hingga menjelang demonstrasi yang mengakibatkan revolusi dan perlawanan senjata, Al-Buthi telah menjalankan fungsinya sebagai penasihat utama rejim Asad.
Al-Buthi bersama rombongan ulama Sunni, mendatangi Asad dan menuntut beberapa hal:
1. Asad membuka diri bagi tuntutan reformasi. Hal ini disanggupi Asad dengan melakukan perubahan birokrasi, mengubah menteri di 6 kementrian, dan memecat PM.
2. Asad diminta untuk tidak menggunakan tindakan agresifnye. Asad menyanggupi, asalkan demonstrasi menentang dirinya dihentikan.
Namun mengapa Asad mengajukan sebuah dokumen kepada Al-Buthi, bahawa pihak pendemostrasi telah dipengaruhi anasir-anasir wahabi atau salafi yang didukung oleh Arab Saudi, yang sememangnya Arab Saudi didukung oleh Amarika Syarikat. Disini Ulama' seharusnya bijak, Dalam benak Al-Buthi, kesatuan rakyat Syria lebih diutamakan. Maka dalam pelbagai khutbah Jumat, Al-Buthi menyerukan perpaduan dan kesatuan itu. Al-Buthi ingin memahamkan kepada semua lapisan termasuk jamaah Ikhwanul Muslimin, di awal-awal demonstrasi untuk menahan diri. Karena demonstrasi dan revolusi sudah ditunggangi. Tidak ada yang mengambil manfaat dari huru haranya atau kucar kacirnya Syria, kecuali Israel sememangnya suka akan perpecahan ummat Islam dan akan mengambil kesempatan untuk meceroboh. Bahkan di salah satu khutbahnya, Al-Buthi mengungkapkan hadis shahih tentang keharusan taat kepada pemimpin (amir), sama ada pemimpin itu baik atau jahat, betapa utamanya perpaduan dan kesatuan serta kesetabilan.
Hadis-hadis yang disampaikan Al-Buthi, adalah hadis-hadis yang digunakan oleh rejim Al-Sa’ud di Saudi Arabia, rejim Al-Nihyan di UAE, atau Al-Khalifah di Qatar, dan lain-lain. Sebaiknya kita tengok dan menyasikan bila Al-Buthi menyampaikan khutbah, kita seharusnya mendengar khutbah tersebut dan mengambik kesemua dari intipati khutbah tersebut bukan separuh- separuh.
Mengapa Al-Buthi Dibunuh?
Peristiwa di Masjid Al-Iman, tempat pengajian Al-Buthi pada tanggal 22 Mac 2013 sangat tidak masuk akal. Hal ini berdasarkan alasan-alasan berikut:
1. Sejak lama, Al-Buthi dikelilingi pengawal dari militer Asad. Kemanapun Al-Buthi pergi, maka puluhan pengawal dan tentera, memenuhi setiap langkah Al-Buthi. Asad kecewa dengan semakin banyaknya ahli kerajaan dan tenteranya yang membelot kepada pejuang Syiria. Al-Buthi dikhawatirkan membelot. Bahkan saksi mata mengatakan, bahwa masjid sudah dikepung dari empat penjuru.
2. Melihat tentera, meledakan bom dilakukan jauh dari area masjid. Sedangkan di masjid, yang terjadi bukan ledakan tapi penembakan dan pembunuhan. Pihak tentera Asad, langsung datang melakukan pembersihan dan mengangkut seluruh mayat -termasuk korban jamaah yang terluka- ke tempat yang Asad dan tenteranya yang mengetahuinya.
3. Dari sejak perjuangan melawan Asad dimulakan, Tentera Pembebasan Syria sudah bersepakat tidak menyerang ulama, masjid, tempat ibadat, bahkan para pejuang mempunyai peraturan untuk tidak melakukan serangan kecuali setelah pukul 10 malam hari.
Pertanyaannya, mengapa Al-Buthi dibunuh? Menarik analisis yang dikemukakan oleh Samer Muhsin, seorang pemerhati pergerakan Islam yang mengemukakan alasan-alasan dibunuh:
1. Al-Buthi adalah kaatimus sirri (penutup rahasia) rejim Asad. Karena Al-Buthi lama menjadi nasihat Hafez Asad. Ketika Al-Buthi membelot, maka Asad khawatir segala aib dirinya terbongkar. Termasuk membongkar pelbagai kebijakan Asad yang berdamai dengan Israel, rasuah, dan pembunuhan.
2. Al-Buthi paham betul tokoh-tokoh yang berbaju ulama, tapi memiliki rancangan yang busuk untuk menghancurkan kaum Sunni di Syam.
3. Al-Buthi dijadikan alat oleh Asad untuk meraih simpati dari kalangan Sunni, untuk digunakan sebagai propaganda memecah belah kesatuan Pasukan Pembebasan Syiria yang semakin hari semakin banyak mendapat kejayaan.
4. Asad melempar 2 burung dengan 1 batu. Maksudnya, mengorbankan Al-Buthi agar rakyat Syria -terutama Sunni- anti terhadap para pejuang Pasukan Pembebasan Syiria. Keran menyebabkan kematian Al Buthi
Kesimpulan
Kalau kita pernah mengikuti kuliah-kuliah yang disampaikan oleh beliau, sama ada secara berhadapan mahupun melalui media-media massa, kita sangat yakin akan ketulusan, keikhlasan, dan muruah yang dimiliki Syaikh Al-Buthi. Bahkan Al-Buthi tidak mengambil royalti hasil dari buku-buku yang diterbitkan. Selain berwasiat untuk menginfakkannya di jalan Allah. Termasuk buku-buku yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Sebagai orang yang dekat dengan kekuasaan, Al-Buthi jauh dari kata tamak atau ingin memperkayakan diri. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan beliau sejak kecil hidup susah.
Adapun sikap beliau yang mendukung penguasa, sangt bertepatan dan masuk akal:
1. Beliau adalah salah satu saksi sejarah atas tindakan zalim Attaturk di Turki yang membantai para ulama, menghancurkan masjid, menghapuskan Bahasa Arab. Hingga ia dan seluruh keluarganya memilih berhijrah ke Syria. Pengalaman pahit tindakan bengis penguasa ini, tak akan bisa dilupakan. Maka sikap beliau yang memilih berbaik dengan pemerintah, dipahami sebagai “dakwah” untuk menjaga generasi muda Islam dan alim ulama dari pembantaian rejim Asad.
2. Beliau memiliki alasan yang didukung Al-Qur’an dan Sunnah tentang kewajiban taat kepada pemimpin, karana beliau melihat dan merasakan, hampir tak ada pemimpin Arab yang peduli terhadap Islam selain Raja Faisal. Seluruh pemimpin Negara Arab adalah pemimpin diktator. Ingatlah Al-Buthi hidup di 5 generasi. Mulai generasi Raja Farouq di Mesir hingga Moursi. Dari generasi Syah Iran hingga Khumaeni dan hingga Ahmadinejad. Beliau paham betul, kepedihan dari kelakuan zalim penguasa terhadap para ulama dan aktivis gerakan Islam di seluruh negeri Arab. Oleh karana itu, beliau masuk ke dalam lingkaran kekuasaan dalam rangka menasihati dan tidak lebih.
3. Sebagai alim dan mujtahid, sangat diyakini, apa yang beliau lakukan dengan mendukung rejim penguasa adalah sebagian dari ijtihad. Jika salah mendapatkan 1 pahala, dan jika benar mendapatkan dua pahala. Dan diyakini yakini beliau adalah seorang yang terbaik. Bila ada kekurangan, menyakini kekurangan atau khilaf adalah hal yang lumrah dari manusia. Namun kekurangan yang sedikit, tidak boleh membuat kita mencaci maki. mereka yang mencaci maki hanyalah bau hanyir dan busuk yang tak memiliki karya, amal soleh dan pengalaman hidup setinggi dan sehebat beliau.
Wallahu A’lam
Tidaak lama selepas itu, jalan Al-Buthi menuju istana terbuka. Setelah tampil di media, hubungan Al-Buthi dengan Hafez Al-Asad bermula. Hingga pada tahun 1982, Kementrian Wakaf Syiria yang diwakili menterinya bernama Muhammad Al-Khathib mengundang Al-Buthi untuk menjadi pembicara tunggal dalam acara Festival Menyambut Abad 15 H. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Hafez Asad. Al-Buthi memanfaatkannya untuk menyampaikan nasihat dan doa bagi Hafez Asad.
Hubungan Al-Buthi dengan Asad semakin intim. Bahkan Asad suka mengajak Al-Buthi ke istana, berdialog hingga berjam-jam (6-7 jam), membicarakan banyak hal. Pada 1998 Syria menyaksikan Islamic Book Fair di Damaskus ke-14, Al-Buthi benar-benar dicintai rakyat dan penguasa. Tentu ada juga yang mengkritik sikap Al-Buthi, salah satunya Syaikh Usamah As-Sayyid yang menulis buku bantahan terhadap pemikiran Al-Buthi berjudul, “Ar-Raddu Al-‘Ilmi ‘Alal Buthi”.
Mengapa Al-Buthi Bersikap Manis dengan Rezim Asad?
Banyak tuduhan yang dilontar terhadap ‘Allamah Al-Buthi. Salah satunya yang menuduh beliau sebagai penyebar fitnah, hingga pengawal setia rejiim Asad. Bagi kita yang hidup jauh dan tidak mengalami –atau malah menelitii tekanan politik di era 60an hingga 80-an, maka pasti akan berkesimpulan seperti di atas. Namun jika kita berfikir dan mengkaji sedikit, maka sikap Al-Buthi itu sangat bertepatan dengan situasi semasa dan dibenarkan syariat.
Di antara landasan Al-Buthi membuka dialog dengan Rejim Asad adalah:
1. Hubungan gerakan Islam yang dipelopori oleh Ikhwanul Muslimin di pelbagai Negara Arab, tengah berada di titikke muncak. Tindakan agresif rejim-rejim dunia Arab, dari mulai Maroco hingga ke Teluk, Mesir hingga Syam tengah marak. Bahkan terbukti, tindakan Hafez Asad yang menghancurkan Homs dan membunuh seluruh penduduknya yang mendukung gerakan IM, tercatat sejarah sebagai hubungan dingin antara penguasa dan jamaah IM.
2. Al-Buthi memandang, rejim Asad dari ayah hingga anaknya Basyar Asad, sangat kuat dipengaruhi ajaran Syi’ah Rafidhah yang cenderung menghanguskan Muslim Sunni, seperti yang terjadi di Iran-Iraq. Perlu diperhatikan, Hafez Al-Asad naik tahta seiring dengan maraknya revolusi Khumaeni yang puncaknya terjadi tahun 1979. Al-Buthi memiliki komitmen, untuk menyelamatkan Muslim Sunni di Syiria.
3. Tindakan agresif Asad bukan hanya pada gerakan yang melawanan secara fizikal tetapi juga kepada mereka yang melawan melalui idalogi. Di era Hafez Al-Asad, majlis taklim dan berkumpul lebih dari 3 orang bukan hanya tidak diizinkan, malah akan dihumban ke penjara tanpa pengadilan. Jika pun ada, yang berlaku adalah pengadilan tentera. Hingga banyak gerakan-gerakan Islam yang memilih jalan dakwah dengan gerakan Shufi, yang berkumpul di masjid dan berdzikir ratusan ribu kali. Jelas, selain majlis taklim dilarang, penerbitan buku-buku Islam juga dibatasi.
Hasil Nasihat Al-Buthi
Usaha Al-Buthi untuk menasihati penguasa berhasil. Tentu dengan pengorbanan tak sedikit, salah satunya, Al-Buthi dituduh tutup mata dengan tindakan Asad. Di antara hasilnya adalah:
1. Al-Buthi pernah diundang selama 7 jam, berdialog dengan Hafez Asad. Al-Buthi lebih banyak menyemak penghakiman Asad, hingga akhirnya Al-Buthi menyarankan Hafez Asad untuk membebaskan tokoh-tokoh dan tawanan politik dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Selepas beberapa minggu kemudian, para tahanan IM dibebaskan.
2. Kesediaan Asad untuk membuka Syiria bagi para pelarian Palestin setelah peristiwa Pembunuhan Sabra dan Shatila terjadi pada September 1982, di Beirut, Lebanon, yang saat itu diduduki oleh Israel adalah hasil dari nasihat yang diberikan oleh Al-Buthi. Bahkan Syiria membuka diri kepada HAMAS untuk membuka satus-satunya pejabat Perwakilan HAMAS.
3. Penerbitan buku-buku Islam Sunni termasuk Al-Qur’an, sangat digalakkan. bahkan penerbit-penerbit Syria berjaya menjadi penerbit-penerbit buku Islam terkemuka hingga di Mesir. Malah beberapa penerbit di Mesir, dimiliki orang-orang Syiria. Termasuk hebatnya majlis-majlis Taklim di Damaskus yang didukung penguasa Asad, semisal: Kajian Hadis Bukhari oleh Syaikh Musthafa Bugha, Kajian Fiqh dan Syariah oleh Syaikh Wahbah Az-Zuhaily, Kajian Sirah oleh Al-Buthi, hingga kajian dan Kuliah Singkat di Mujamma’ Abun Nur Al-Islamy yang dipimpin oleh Syaikh ahmad Kiftaro. Dimana ramai mahasiswa Malaysia yang turut menikmati pendidikan di sekolah-sekolah tersebut.
4. Hafez Asad sebelum wafatnya, mengundang Al-Buthi ke kediamannya. Ia berpesan agar saat wafat, Al-Buthi sukahati menjadi imam. Al-Buthi pun menunaikan pesan Asad. Hingga hasil dari pesanan ini, banyak yang berpendapat, Hafez Asad telah melunak dari paham Syi’ah Rafidhahnya. Dan terbukti, dukungan Syiria terhadap Libanon melawan Israel semakin menguat.
Al-Buthi dan Basyar Al-Asad
Hubungan manis Al-Buthi dengan rejim Asad, berlanjutan hingga kekuasaan Syiria berpindah kepada Basyar Asad. Singkat kata, hingga menjelang demonstrasi yang mengakibatkan revolusi dan perlawanan senjata, Al-Buthi telah menjalankan fungsinya sebagai penasihat utama rejim Asad.
Al-Buthi bersama rombongan ulama Sunni, mendatangi Asad dan menuntut beberapa hal:
1. Asad membuka diri bagi tuntutan reformasi. Hal ini disanggupi Asad dengan melakukan perubahan birokrasi, mengubah menteri di 6 kementrian, dan memecat PM.
2. Asad diminta untuk tidak menggunakan tindakan agresifnye. Asad menyanggupi, asalkan demonstrasi menentang dirinya dihentikan.
Namun mengapa Asad mengajukan sebuah dokumen kepada Al-Buthi, bahawa pihak pendemostrasi telah dipengaruhi anasir-anasir wahabi atau salafi yang didukung oleh Arab Saudi, yang sememangnya Arab Saudi didukung oleh Amarika Syarikat. Disini Ulama' seharusnya bijak, Dalam benak Al-Buthi, kesatuan rakyat Syria lebih diutamakan. Maka dalam pelbagai khutbah Jumat, Al-Buthi menyerukan perpaduan dan kesatuan itu. Al-Buthi ingin memahamkan kepada semua lapisan termasuk jamaah Ikhwanul Muslimin, di awal-awal demonstrasi untuk menahan diri. Karena demonstrasi dan revolusi sudah ditunggangi. Tidak ada yang mengambil manfaat dari huru haranya atau kucar kacirnya Syria, kecuali Israel sememangnya suka akan perpecahan ummat Islam dan akan mengambil kesempatan untuk meceroboh. Bahkan di salah satu khutbahnya, Al-Buthi mengungkapkan hadis shahih tentang keharusan taat kepada pemimpin (amir), sama ada pemimpin itu baik atau jahat, betapa utamanya perpaduan dan kesatuan serta kesetabilan.
Hadis-hadis yang disampaikan Al-Buthi, adalah hadis-hadis yang digunakan oleh rejim Al-Sa’ud di Saudi Arabia, rejim Al-Nihyan di UAE, atau Al-Khalifah di Qatar, dan lain-lain. Sebaiknya kita tengok dan menyasikan bila Al-Buthi menyampaikan khutbah, kita seharusnya mendengar khutbah tersebut dan mengambik kesemua dari intipati khutbah tersebut bukan separuh- separuh.
Mengapa Al-Buthi Dibunuh?
Peristiwa di Masjid Al-Iman, tempat pengajian Al-Buthi pada tanggal 22 Mac 2013 sangat tidak masuk akal. Hal ini berdasarkan alasan-alasan berikut:
1. Sejak lama, Al-Buthi dikelilingi pengawal dari militer Asad. Kemanapun Al-Buthi pergi, maka puluhan pengawal dan tentera, memenuhi setiap langkah Al-Buthi. Asad kecewa dengan semakin banyaknya ahli kerajaan dan tenteranya yang membelot kepada pejuang Syiria. Al-Buthi dikhawatirkan membelot. Bahkan saksi mata mengatakan, bahwa masjid sudah dikepung dari empat penjuru.
2. Melihat tentera, meledakan bom dilakukan jauh dari area masjid. Sedangkan di masjid, yang terjadi bukan ledakan tapi penembakan dan pembunuhan. Pihak tentera Asad, langsung datang melakukan pembersihan dan mengangkut seluruh mayat -termasuk korban jamaah yang terluka- ke tempat yang Asad dan tenteranya yang mengetahuinya.
3. Dari sejak perjuangan melawan Asad dimulakan, Tentera Pembebasan Syria sudah bersepakat tidak menyerang ulama, masjid, tempat ibadat, bahkan para pejuang mempunyai peraturan untuk tidak melakukan serangan kecuali setelah pukul 10 malam hari.
Pertanyaannya, mengapa Al-Buthi dibunuh? Menarik analisis yang dikemukakan oleh Samer Muhsin, seorang pemerhati pergerakan Islam yang mengemukakan alasan-alasan dibunuh:
1. Al-Buthi adalah kaatimus sirri (penutup rahasia) rejim Asad. Karena Al-Buthi lama menjadi nasihat Hafez Asad. Ketika Al-Buthi membelot, maka Asad khawatir segala aib dirinya terbongkar. Termasuk membongkar pelbagai kebijakan Asad yang berdamai dengan Israel, rasuah, dan pembunuhan.
2. Al-Buthi paham betul tokoh-tokoh yang berbaju ulama, tapi memiliki rancangan yang busuk untuk menghancurkan kaum Sunni di Syam.
3. Al-Buthi dijadikan alat oleh Asad untuk meraih simpati dari kalangan Sunni, untuk digunakan sebagai propaganda memecah belah kesatuan Pasukan Pembebasan Syiria yang semakin hari semakin banyak mendapat kejayaan.
4. Asad melempar 2 burung dengan 1 batu. Maksudnya, mengorbankan Al-Buthi agar rakyat Syria -terutama Sunni- anti terhadap para pejuang Pasukan Pembebasan Syiria. Keran menyebabkan kematian Al Buthi
Kesimpulan
Kalau kita pernah mengikuti kuliah-kuliah yang disampaikan oleh beliau, sama ada secara berhadapan mahupun melalui media-media massa, kita sangat yakin akan ketulusan, keikhlasan, dan muruah yang dimiliki Syaikh Al-Buthi. Bahkan Al-Buthi tidak mengambil royalti hasil dari buku-buku yang diterbitkan. Selain berwasiat untuk menginfakkannya di jalan Allah. Termasuk buku-buku yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Sebagai orang yang dekat dengan kekuasaan, Al-Buthi jauh dari kata tamak atau ingin memperkayakan diri. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan beliau sejak kecil hidup susah.
Adapun sikap beliau yang mendukung penguasa, sangt bertepatan dan masuk akal:
1. Beliau adalah salah satu saksi sejarah atas tindakan zalim Attaturk di Turki yang membantai para ulama, menghancurkan masjid, menghapuskan Bahasa Arab. Hingga ia dan seluruh keluarganya memilih berhijrah ke Syria. Pengalaman pahit tindakan bengis penguasa ini, tak akan bisa dilupakan. Maka sikap beliau yang memilih berbaik dengan pemerintah, dipahami sebagai “dakwah” untuk menjaga generasi muda Islam dan alim ulama dari pembantaian rejim Asad.
2. Beliau memiliki alasan yang didukung Al-Qur’an dan Sunnah tentang kewajiban taat kepada pemimpin, karana beliau melihat dan merasakan, hampir tak ada pemimpin Arab yang peduli terhadap Islam selain Raja Faisal. Seluruh pemimpin Negara Arab adalah pemimpin diktator. Ingatlah Al-Buthi hidup di 5 generasi. Mulai generasi Raja Farouq di Mesir hingga Moursi. Dari generasi Syah Iran hingga Khumaeni dan hingga Ahmadinejad. Beliau paham betul, kepedihan dari kelakuan zalim penguasa terhadap para ulama dan aktivis gerakan Islam di seluruh negeri Arab. Oleh karana itu, beliau masuk ke dalam lingkaran kekuasaan dalam rangka menasihati dan tidak lebih.
3. Sebagai alim dan mujtahid, sangat diyakini, apa yang beliau lakukan dengan mendukung rejim penguasa adalah sebagian dari ijtihad. Jika salah mendapatkan 1 pahala, dan jika benar mendapatkan dua pahala. Dan diyakini yakini beliau adalah seorang yang terbaik. Bila ada kekurangan, menyakini kekurangan atau khilaf adalah hal yang lumrah dari manusia. Namun kekurangan yang sedikit, tidak boleh membuat kita mencaci maki. mereka yang mencaci maki hanyalah bau hanyir dan busuk yang tak memiliki karya, amal soleh dan pengalaman hidup setinggi dan sehebat beliau.
Wallahu A’lam
Comments
Post a Comment